Akhir tahun sudah di depan mata, nih. Adanya wacana liburan panjang biasanya membuat ekspektasi lainnya bermunculan. Salah satunya harapan adanya bonus akhir tahun agar rencana liburan Anda dan keluarga bisa terwujudkan dengan adanya bahan bakar ini.
Bonus adalah bentuk pengeluaran diskresi untuk sebagian besar perusahaan. Jadi, memang tak ada aturan hukum atau hal yang pasti dari hal ini. Dian Sarita, COO perusahaan teknologi digital marketing terkemuka, FreakOut, menjelaskan kalau bonus akhir tahun biasanya merupakan bentuk pencapaian dari target perusahaan selama setahun pembukuan. "Misalnya target yang ditetapkan sebesar Rp.10 miliar dan di tahun tersebut kita achieve sebanyak Rp.10 milyar 500 juta, maka Rp.500 juta itulah yang akan menjadi bonus dan dibagikan oleh perusahaan,” katanya.
Jika Anda bekerja di perusahaan yang transparansi capaiannya jelas dan merasa puas atas performa Anda, tak ada salahnya Anda meminta ketegasan atasan tentang bonus yang pantas Anda dapatkan. Faktanya, survei yang diadakan oleh Accounting Principals tahun 2017 mengemukakan, kalau pekerja yang lebih tegas dalam hal ini lebih mungkin mendapatkan apa yang ia minta dibandingkan dengan yang tak mengatakannya sama sekali.
Apa yang dibutuhkan sebelum Anda meminta bonus akhir tahun?
Survei Accounting Principals tersebut juga menyatakan ada dua faktor paling penting untuk bisa mendapatkan bonus. Pertama, dengan jadi pekerja yang selalu termotivasi dan berwatak positif. Sebanyak 42% responden menyatakan dengan bersedia untuk mengambil tanggung jawab tambahan dapat menjadi penentu lainnya untuk mendapatkan bonus.
Sementara di perusahaannya, Dian Sarita juga mengemukakan bahwa untuk mendapatkan bonus tentunya harus ada KPI (key performance indicator) yang dipenuhi, misal attitude yang baik, kedisiplinan, dan adanya kontribusi lebih bagi perusahaan. “Mengerjakan pekerjaan lain selain jobdesk bisa dianggap inovasi dan bisa diaplikasikan untuk improvement pekerjaan tentunya akan jadi poin plus yang bisa membedakan besarnya bonus satu pegawai dengan pegawai lainnya” ujar Dian.
Sikap proaktif juga sangat dihargai oleh Dian, Anda harus bisa menentukan nilai diri Anda sendiri. Elemen apa saja yang diharapkan oleh perusahaan terhadap diri Anda, tetap maksimalkan dan kembangkan elemen-elemen tersebut. Caranya, bisa melalui ambil kursus, gelar tambahan, dan banyak latihan. Dian pun mengungkapkan “Terkadang, bonus ini bentuknya tidak selalu dalam bentuk uang, ada beberapa yang lebih membutuhkan sarana untuk pengembangan dirinya, dan perusahaan bisa kasih itu.”
Kapan waktu yang tepat meminta bonus?
Momentum untuk mengutarakannya pada atasan Anda adalah salah satu faktor penting dalam hal ini. Anda dapat menentukan waktu yang tepat dengan mengukur periode setahun ke belakang. Pada satu semester awal, harusnya Anda sudah bisa memperkirakan kinerja Anda dan perusahaan tahun ini.
Menurut Alan Kearns, pakar pengembangan karier, Anda bisa mulai membicarakannya dengan atasan dari awal semester kedua atau awal kuarter ketiga. Pada saat itu, Anda dirasa sudah cukup bisa menonjolkan diri dan memberi tahu nilai tambah apa yang telah Anda berikan bagi perusahaan.
Di perusahaan Dian, waktu yang tepat untuk menyatakan permintaan bonus ini adalah pada saat assessment yang diadakan secara berkala. Menurut Dian, jika perusahaan Anda tak memiliki proses assessment, jangankan bonus, Anda juga perlu mempertanyakan sejauh apa kepedulian perusahaan terhadap perkembangan karier dan kesejahteraan Anda.
Ciptakan peluang Anda sendiri dengan bekerja giat berdasarkan target, lebih bagus jika berkontribusi lebih, bonus akhir tahun sudah pasti di tangan.