Bapak macam apa sih, yang hidupnya santai, maen PUBG, bikin lagu sama ngajarin keindahan? Ya, bapak macam Budi Doremi.
Siapa nggak kenal sama penyanyi solo yang sukses sama lagu “Do Re Mi” ? Di tahun 2018 lalu, baru aja nih, dia juga ngeluarin single “Tolong” yang masih dalam perjalanan promo. “Nggak ada rencana, gue nggak ngoyo ikutin tradisi harus album, situasional aja,” kata Budi Doremi, waktu ditanya soal rencana bikin album. Pas kita samperin ke rumahnya di daerah Bintaro (16/1) ternyata berkebun, main PUBG, dan ngurusin rumah bareng keluarga jadi kesibukan yang menarik buatnya sekarang.
Kalau kita lihat sosok Budi ini kayaknya dekat banget dengan alam. Lihat aja posting-an Instagram-nya. Budi ngaku juga sih, kalau dia suka hal-hal yang ada hubungannya dengan alam. Dari kecil emang dia punya ikatan emosional sama alam karena besar di kampung. Dia juga cerita soal konsep Go Green yang menurutnya selama ini yang dimasalahin cuman dari materi dan benda. Buat dia, Go Green itu apa yang ada dalam hati, pikiran, dan rohaninya. “Sebagai pecinta alam, yang gue lakukan adalah mendidik anak dengan baik, menyayangi istri dan anak dengan baik,” katanya. Menurut dia, hal itu berhubungan banget, kalau mereka punya jiwa raga yang baik, mereka bakal melakukan hal yang baik juga termasuk kepada alam.
Sebagai sosok ayah yang punya dua anak laki-laki, Banu 4 tahun dan Umar 2 tahun, Budi juga punya ekspektasi atau harapan ke anak-anaknya. “Gue pengin anak gue katakanlah dia nggak bisa matematika, tapi dia jadi orang yang bisa mengelola emosinya, dia nggak mudah kecewa, nggak mudah putus asa,” katanya. Tentu hal itu bukan sesuatu yang simpel menurut Budi, dia lihat fenomena sekarang banyak orang pintar tapi lemah sama emosi sendiri.
Lalu, apa yang dilakukan Budi biar anaknya pintar mengelola emosi? Berusahalah jadi temannya. Berusahalah sesering mungkin mengajak ngobrol anak, agar menimbulkan kepercayaan. Menurutnya, kerumitan seorang anak itu karena komunikasi anak dan orangtua nggak baik. Orangtua sering banget ngalamin kesulitan komunikasi karena cara berpikir anaknya, mereka nggak paham dengan perasaan sendiri dan tidak tahu cara mengungkapkannya.
Makanya, ruang diskusi di rumah Budi selalu terbuka. Budi dan istri juga sering diskusi untuk merespon fenomena yang ada di Indonesia. Dari isu agama, politik, apa pun, seringkali didiskusiin walau berujung dengan hal yang serius. Menurutnya, diskusi ini penting karena tujuannya buat menyikapi fenomena dan berpikir kritis.
Nggak cuman itu, Budi juga ngajarin esensi keindahan yang dalam ke anaknya. Menurut dia buat kenal estetika itu nggak harus jadi musisi atau pelukis. Perkara sampah menimbulkan banjir itu adalah wilayah seni yang berbicara soal keindahan. Budi juga bilang, peran seni dalam lingkup keluarga jadi peran yang penting banget. Mengatakan “Jangan buang sampah nanti banjir!” itu nggak efektif kata Budi, lebih baik “Kak, sampah itu indah nggak? Nggak, kan? Jadi kalau buang sampah sembarangan itu indah nggak? Nggak juga, kan?” Gitu.
Kita banyak belajar dari Budi, kalo hidup itu tentang melihat sesuatu dari sudut keindahan dan yang terpenting hidup itu harus santai.
Tapi kapan kira-kira seorang Budi Doremi hidupnya nggak santai, “Pas lagi kena masalah dan dapet sms dari istri,” katanya. Ketika ditanya SMS-nya apa Budi ngejelasin, "Jadi waktu itu lagi nongkrong sama temen-temen terus ada SMS yang isinya, ‘Ayah, besok kita makan apa?’ Deng! Leher langsung kenceng. Langsung pulang, anak istri udah pada tidur, saya lihatin satu-satu, di situ sadar saya harus tanggung jawab sama tiga nyawa, saya harus cari duit, di situ momennya saya bener-bener jadi bapak."